Butch, Andro, atau femme?
Aku paling sebel dulu kalau ditanyain kamu butch, andro, atau femme? Kalau dulu waktu jaman aku masih suka tepe (tebar pesona—red) kayaknya cuma ada b atau f? Sekarang kok ada tambahan satu lagi di tengahnya ya? Nggak ngerti.
Yang jelas menurut aku itu adalah kategorisasi yang tujuannya mensimplifly keanekaragaman saja. Supaya lebih simple, manusia suka memberi label. Agar mudah dipahami, mudah diingat, mudah diasosiasikan dengan referensi yang sudah ada di otak, kategorisasi itu memang perlu. Namun terjebak dalam kategorisasi yang terlalu kaku juga tidak baik.
Seorang temanku, sebut saja M, menyebut bahwa tipe dia adalah yang femme. Yang model kayak si ini, si anu, dan si itu. Itu masuk dalam kategori tipe dia. Yang model kayak aku, kayak si A, kayak si B, termasuk dalam kategori “yang bisa dipertimbangkan.” Tetapi kalau kayak si C dan sejenisnya, sama sekali gak akan masuk. Kalau dia jalan sama C, itu seperti pasangan homo.
Oh begitu. Jadi dia memasukkan aku dalam kategori andro. Definisinya ya, secara sederhananya: tidak masuk butch, tidak masuk femme juga. Kalau disandingkan dengan term jenis kelamin yang ada yaitu pria dan wanita, berarti andro itu masuk di tengah-tengahnya, bencong dong…
Andro berasal dari kata androgyn, dalam bahasa Inggris kalau gak salah berarti wanita yang memiliki sifat-sifat pria. Sebenarnya itu tidak buruk—tidak sama seperti penggunaan kata tomboy di masyarakat—artinya dia memiliki sifat-sifat yang pada zaman dahulu kala termasuk dalam sifat yang dianggap maskulin, misalnya asertif, berani, agresif, ambisius, dan banyak lagi.
Dahulu tidak pernah terbayang kalau seorang wanita akan melakukan pekerjaan-pekerjaan pria, wanita hanya mengurusi rumah tangga dan pria mengurusi bengkel. Namun sekarang peran itu sudah fleksibel, tidak harus selalu wanita yang di rumah menjaga anak, tetapi juga banyak wanita yang suka ke bengkel. Sifat-sifat seperti itu disebut androgynous, dan aku tidak tahu sejak kapan istilah itu digunakan dalam dunia lesbian.
Pendapat M yang mengatakan kalau dia jalan sama C itu bagaikan pasangan homo juga lucu. Ini berarti kita masih berpikir dengan cara hetero. Bahwa: yang butch harus pacaran dengan yang femme. (Artinya pria harus dengan wanita; atau ada yang berperan sebagai pria dan ada yang berperan sebagai wanita). Ini aneh. Lho bukankah kita homosexual, jadi yang wanita dengan wanita, yang pria dengan pria. Seharusnya yang femme dengan yang femme dong… Dan butch dengan butch kenapa harus jadi kayak homo?
Bingung kan? Bingung dan aneh, tapi itulah yang terjadi. Apakah kita masih sulit melepaskan cara berpikir hetero karena kita memang hidup di alam hetero dan terlahir dari orangtua hetero tentu saja? Atau memang begitulah yang alamiah, bahwa butch akan naksir yang femme dan begitu juga sebaliknya?
Aku pernah ditanyain juga: Kamu bisa juga sama yang butch? Aku jawab aja it depends. Sekali lagi, aku tidak suka kategorisasi yang membuat kita menjadi kaku. Tergantung pada siapa person-nya, kemungkinan itu bisa-bisa saja. Lagipula kadang bukankah sulit menggolongkan butch, andro atau femme di tengah dunia modern yang semakin androgynous?
Untunglah sekarang aku sudah jarang tepe-tepe. Sudah bukan masanya lagi. Jadi tidak mendapat pertanyaan yang menyebalkan itu lagi. Kalau pun sekarang masih ada yang nanya, aku akan jawab: “i am me. terserah elu deh mau masukin di kotak yang mana.”
Selasa, 25 Mei 2010
Langganan:
Postingan (Atom)